Kamis, 05 Februari 2009

PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945 BUNG TOMO (SUTOMO) (KESAKSIAN DAN PENGALAMAN SEORANG AKTOR SEJARAH)

PERTEMPURAN 10 NOVEMBER 1945 BUNG TOMO (SUTOMO) (KESAKSIAN DAN PENGALAMAN SEORANG AKTOR SEJARAH)

Sesuai dengan anak judulnya, buku ini merupakan catatan atau kisah yang dialami oleh Sutomo (Bung Tomo). Di dalam buku ini mengisahkan sebuah peristiwa yang selalu dikenang di Indonesia, pertempuran 10 November 1945. Buku ini sebenarnya pernah diterbitkan pada tahun 1950, kemudian di tahun 2008, bulan November ini diterbitkan lagi oleh Visi media. Walaupun sudah diedit, buku ini bisa menjadi rujukan dalam menulis Sejarah, apalagi tentang Surabaya. Aku memang ingin menulis tentang Bung Tomo. Entah itu biografinya atau sisi yang lain. Karena itulah aku berusaha mengumulkan sumber buku yang relevan. Ketika sedang nyantai sambil baca koran (ketika itu tgl 16 Nov 2008), aku membuka halaman resensi buku, ketika itu memang hari minggu dan Jawa Pos mempunyai halaman resensi buku pada hari minggu. Kemudian aku lihat daftar buku terbaru. Ternyata buku dari Bung Tomo berjudul Pertempuran 10 November 1945 sudah terbit. Sebelumnya aku mendapat bocoran dari Pak Mulyono, editor buku ini. Pada waktu telepon aku diberi informasi kalau buku ini segera terbit. Aku langsung bangun ketika dalam daftar buku baru ada buku Bung Tomo. Langsung saja aku pergi ke Toga Mas, toko buku diskon di sebelahnya plasa Dieng. Ternyata di toko buku ini banyak bermunculan buku-buku baru. Waduh sering-sering saja aku ke toko buku ini. Dan benar, di lantai dua aku menemukan buku Pertempuran 10 November 1945. Asyik bukunya, bahasanya komunikatif. Ini merupakan pengalaman orang yang ditulis. Memang benar, menulis pengalaman itu jika dibaca, tulisannya menjadi lebih hidup. Inilah kesaksian dari Bung Tomo. Sama bahasanya seperti pada buku istrinya Sulistina Sutomo, Bung Tomo Suamiku. Pengalaman hidup yang asyik. Pertempuran Surabaya 1945, dikisahkan oleh Bung Tomo. Bung Tomo menceritakan tentang kronologis peristiwa-peristiwa sebelum pertempuran heboh itu. Pada bagian awal dikisahkan tentang keadaan Surabaya setelah Proklamasi 17 Agustus 1945. Kemudian dilanjutkan pada kedatangan pasukan payung Sekutu (hal 11). Menyerahnya Jepang terhadap sekutu ini menyebabkan kedatangan para orang-orang Belanda ke Surabaya1. Penduduk Surabaya tidak suka dengan perlakuan congkak orang-orang Belanda itu. kemudian terjadilah Insiden bendera di Hotel Yamato. Kedatangan Sekutu yang membonceng NICA tambah membuat gusar rakyat Surabaya. Terjadilah pertempuran-pertempuran. Diplomasi antara Pemerintah Indonesia dengan Sekutu dilakukan untuk menghentikan tembak-menembak. Tapi ketika diplomasi Mallaby tewas. Tewasnya Mallaby ini merupakan awal dari pertempuran dahsyat pada 10 November 1045. Dalam buku ini juga menceritakan Bung Tomo yang mengalami kegelisahan. Hal ini disebabkan karena situasi yang tidak sama antara Jakarta dan Surabaya. Di Jakarta orang-orang Sekutu ”berkeliaran” dengan bebas, sedangkan di Surabaya (Jawa Timur) sebaliknya. Sikap inilah yang melahirkan gagasan untuk membentuk BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia). Disebutkan pula dengan jujur kalau Bung Tomo berbohong kepada pemerintah Surabaya agar mendirikan radio pemberontakan (hal 74). Mungkin orang yang bisa menyaingi Bung Karno adalah Bung Tomo. Orasi-orasinya sangat membara, membakar semangat. Seakan-akan rakyat termotivasi dan terpengaruh. Ketika mendengar Pidato Bung Karno dan Bung Tomo, merinding rasanya. Dan apakah tidak ada tokoh kharismatis di Indonesia sekarang? Kita tunggu saja... 1 Lihat juga pada William H. Frederick, Pandangan dan Gejolak, Masyarakat Kota dan Lahirnya Revolusi Indonesia (Surabaya 1926-1946), (Jakarta: Gramedia, 1989), hal. 249.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo kirim komentar