Jumat, 04 April 2008

serat rangsang tuban

SERAT RANGSANG TUBAN
Review oleh :
Agung Ari Widodo (305262479251)1
Saya kira membaca sebuah babd, serat, atau kidung itu membosankan. Tapi setelah membaca secara keseluruhan dari isi Serat Rangsang Tuban ini, ternayata isinya tidak kalah dengan novel-novel modern. Hanya saja bedanya gaya ceritanya memang “lawas (kuno)” yaitu tentang harta, tahta, dan wanita. Dan akhir dari cerita menunjukkan kebahagiaan.
Cerita dari Serat Rangsang Tuban ini berawal dari dua Pangeran (putra raja) dari Negara Tuban yang bernama Pangeran Warihkusuma dan Pangeran Warsakusuma. Keduanya adalah putra Raja Sindupati dari Kerajaan Tuban. Kedua pengeran ini pada awalnya berhubungan sangat baik. Tapi karena wanita hubungan kedua pengeran ini menjadi renggang, bahkan menjadi musuh.
Kenapa kok bisa menjadi musuh. Ceritanya Pangeran Warihkusuma akan menikahi Endang Wresti. Penggambaran wanita dalam sebuah Historiografi tradisional sangat lengkap. Tidak hanya wanita, untuk menggambarkan situasi dan suasana alam. Endang Wresti digambarkan sebagai wanita yang cantik laksana dewi dan bidadari kahyangan. Ketika itu Raden2 Warsakusuma menjadi raja di Tuban menggantikan ayahnya yang sudah meninggal3 mengantarkan kakandanya melamar Endang Wresti.
Melihat wajah dan tubuh Endang Wresti yang aduhai bagai gitar Spanyol, Raden Warsakusuma malah jatuh hati padanya. Dia merasa iri melihat kakandanya menikahi wanita secantik Endang Wresti. Timbul keinginan Warsakusuma untuk memiliki Wresti. Dan setelah Warihkusuma memboyong Wresti, Warsakusuma melakukan fitnah terhadap kakandanya, yang berakibat diusirnya Warihkusuma dari Kerajaan Tuban. Berhasil mengusir kakandanya, Warsakusuma menikahi Wresti dengan “paksaan”. Nantinya lahir seorang anak dari “perkawianan paksa” ini yang bernama Udakawimba.
Raden Warihkusuma yang terusir dari Kerajaan Tuban melalang buana berkelana ke hutan. Sampai suatu ketika dia sampai pada suatu kerajaan yang bernama Banyubiru. Di kerajaan ini Warihkusuma mengabdi kepada Prabu Hertambang, Raja Kerajaan Banyubiru. Suatu ketika Warihkusuma mengaku kepada Sang Prabu bahwa dia adalah seorang pangeran dari nagari Tuban yang diusir oleh Raja Tuban. Mendengar kisah ini Prabu Hertambang merasa trenyuh hatinya.
Melihat kinerja dari Warihkusuma, Prabu Hertambang menjadikannya sebagai Adipati (bagian dari keluarga raja). Dan Sang Prabu berniat untuk mengawainkannya dengan putrinya yang bernama Dewi Wayi. Dewi Wayi ini merupakan putrid satu-satunya dari Prabu Hertambang yang nantinya akan menggantikan bertahta di Kerajaan Banyubiru. Dewi Wayi merupakan putri yang hebat dalam seni berperang dan strategi. Karena itulah Prabu Hertambang mengawinkan putrinya dengan Warihkusuma.
Raden Warihkusuma dan Dewi Wayi akhirnya menikah. Tapi terjadi suatu peristiwa yang buruk. Ketika Wayi melahirkan putrid pertamanya, dia meninggal. Permaisuri Prabu Hertambang menuduh Warihkusuma sebagai “biang sial” yang menyebabkan putrinya,Dewi Wayi meninggal. Sang Prabu pun juga ikut-ikutan menuduh Warihkusuma sebagai “biang kerok”. Hal ini berdampak diusirnya Warihkusuma dari Nagari Banyubiru. Tidak hanya Warihkusuma yang diusir. Anak dari perkawinannya denga Wayi juga ikut dibuang dengan dialirkan di sungai. Anaknya nantinya ini ditemukan oleh Kyai Bulud Wulusan dan menamakannya Rara Sendang4. Rara Sendang ini nantinya akan menjadi istri dari Udakawimba.
Kasihan ya Raden Warihkusuma ini, mengalami pengusiran sampai dua kali. Dia berkelana lagi dan menjadi pertapa. Tapi dalam kisah serat ini, Warihkusuma bermimpi bertemu dengan istrinya Endang Wresti. Nah mimpi inilah yang membawa Warihkusuma kembali ke Tuban. Ternyata Raja Tuban yang tidak lain adalah adiknya yaitu Prabu Warsakusuma telah meninggal. Pemeritahan kerajaan sementara dipegang oleh Patih Toyamarta.
Patih Toyamarta sangat senang dengan kembalinya Warihkusuma, karena patih sangat sayang dengan Warihkusuma. Warihkusuma pun menjadi raja di Tuban dan bertemu lagi dengan Endang Wresti. Tapi ada yang mengganjal di hati Prabu Warihkusuma, yaitu anak yang lahir dari “kawin paksa” Wresti dengan Warsakusuma yang bernama Udakawimba. Ketidaksukaan Warihkusuma dengan Udakawimba berdampak dengan diusirnya Udakawimba dari Kerajaan Tuban.
Sebenarnya Udakawimba tahu kalau dirinya bakal diusir. Akhirnya dia ganti yang berkelana. Sampai akhirnya dia sampai di sebuah desa yang disebut Sumbereja. Di desa ini Udakawimba berguru agama Islam dengan Kyai Wulusan. Udakawimba merupakan orang yang cerdas, dia sangat ahli menata kota, membuat benteng, dan strategi perang. Karena itulah Ki Wulusan ingin Udakawimba menikahi putrinya yang bernama Rara Sendang. Dan akhirnya mereka pun menikah.
Udakawimba senang sekali bertapa. Suatu ketika dia bertapa di sebuah gunung dan menemukan sebuah istana yang didalamya terdapat banyak sekali emas. Emas inilah yang menjadi modal Udakawimba untuk membangun Desa Sumbereja menjadi sebuah kota yang mewah. Desa ini dipersiapkan Udakawimba untuk menyerang Kerajaan Tuban. Rupanya Udakawimba masih sakit hati karena Prabu Warihkusuma mengusirnya.
Akhirnya tibalah waktunya untuk menyerang Kerajaan Tuban. Udakawimba sangat ahli dalam taktik perang. Dengan mudahnya dia dan pasukannya menerobos masuk hingga ke pusat Kerajaan Tuban. Serangan ini mengakibatkan Prabu Warihkusuma melarikan diri ke hutan dan berencana menanggalkan pakaian kebesarannya dengan menjadi biku.
Di Kerajaan Banyubiru, Prabu Hertambang telah menghembuskan nafas terakhir. Tahta kerajaan diberikan kepada Putrinya, Dewi Wayi5. Selama Ratu Wayi bertahta, rakyat Banyubiru aman sejahtera. Suatu ketika Dewi Wayi ingin berkelana membaur dengan rakyatnya.
Sampai suatu ketika dia sampai di sebuah gunung. Di gunung itu bertapa seorang biku. Dan ternyata biku itu adalah Raden Warihkusuma. Warihkusuma kaget ternayta istrinya, Dewr Wayi masih hidup. Akhirnya mereka bertemu dan melepaskan rindu. Keesokan paginya mereka kembali keKerajaan Banyubiru.
Warihkusuma menceritakan tentang keadaannya kepada istrinya juga tentang serangan dari Sumbereja. Dia meminta bantuan istrinya untuk menghadapi pasukan Desa Sumbereja. Dewi Wayi bersedia membantu suaminya. Ketika itu Kerajaan Banyu biru mendapat serangan dari Desa Sumbereja.6. Tapi dengan kecerdikan dan keahliannya, Dewi Wayi berhasil memukul mundur pasukan Udakawimba (Desa Sumbereja).
Perang masih berlanjut. Strategi demi strategi dilakukan oleh Udakawimba maupun Wayi. Mereka melakukan gelar pasukan (formasi pasukan tempur) untuk saling menyerang. Tapi akhirnya Udakawimba kalah, karena Wayi menggunakan strategi Gelar Garuda Melayang. Strategi yang menyerang dari udara dengan menaiki sebuah benda yang bisa terbang7.
Setelah menyerah, Udakawimba disuruh oleh Wayi untuk membawa istri dan mertuanya untuk menghadap. Dewi Wayi tertegun dengan istri Udakawimba yang amat rupawan8. Kemudian dia berrtanya kepada Ki Wulud apakah Rara Sendang adalah anaknya? Ki Wulud mengaku bahwa Rara Sendang bukan anak kandungnya. Rara Sendang ditemukan oleh Ki Wulud di Sungai dan merawatnya hingga dewasa. Wayi menjadi curiga bahwa Rara Sendang adalah anaknya yang dibuang disungai. Dan dia semakin percaya kalau Rara Sendang adalah anaknya ketika Ki Wulud memperlihatkan keranjang tempat Rara Sendang dibuang.
Akhirnya terjadi reuni keluarga. Udakawimba yang merupakan suami dari Rara Sendang diampuni dan boleh menjadi bagian dari keluarga Kerajaan Sendang Biru. Raden Warihkusuma juga memaafkan tindakan dari Udakawimba yang menyerang Kerajaannya.
Serat ini menceritakan intrik dalam suatu keluarga. Dalam suatu kerajaan, dihuni oleh kerabat-kerabat dari raja itu sendiri. Jadi ada hubungan keluarga antar kerajaan jaman dahulu. Dan yang membuat saya tertarik, adalah strategi perang yang digunakan Udakawimba dan Dewi Wayi. Strategi perang ini sangat luar biasa, apalagi ditambah dengan peralatan perang yang dipakai, seperti Gelar Garuda Melayang yang menggunakan sebuah benda yang bisa terbang. Saya tidak tahu apakah pada masa Revolusi (1945-1949), pejuang kita menggunakan strategi seperti ini? Tidak hanya dengan gerilya??
1 Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang.
2 Saya menulis “Radem”, karena merupakan sebutan bagi laki-laki dari keluarga bangasawan atau istana (kraton).
3 Ini merupakan hal yang menarik bagi saya karena biasanya raja yang sudah meninggal akan mewariskan tahtanya pada anak tertua. Dalam Serat Rangsang Tuban ini Raden Warihkusuma adalah anak tertua. Tetapi yang kemudian menggantikan Prabu Sindupati adalah anak keduanya yaitu Raden Warsakusuma.
4 Dinamakan Rara Sendang karena Kyai Wulud menemukan bayi perempuan di sungai.
5 Dalam Serat ini diceritakan bahwa Dewi Wayi ternyata tidak meninggal. Ketika kereta Jenasah yang membawa jenasah Dewi Wayi mau akan mengadakan upacara kematian, mendadak Dewi Wayi bangun dari tidurnya. Suasana hampir gempar, tapi kemudian seluruh isi istana menjadi gembira. Prabu Herlambang (ketika masih hidup) merasa berdosa karena telah mengusir Raden Warihkusuma. Sang Prabu memerintahkan untuk mencari Raden Warihkusuma supaya kelak akan menggantikan tahtannya, tetapi tidak menemui hasil.
6 Awalnya Warihkusuma tidak tahu siapa yang menyerang kerajaannya.
7 Sebuah benda yang unik. Benda pada ini yang bisa terbang? Atau jangan-jangan pada masa dahulu kita sudah mengenal pesawat? Ternyata teknologi perang pada masa dahulu sudah sedemikian canggih.
8 Ternyatan wanita masa kerajaan dulu wajahnya cantik-cantik…

4 komentar:

  1. Cerita ini, pernah direkam sebagai cerita kethoprak mataram, dan saya sudah berkali2 mendengarkan kasetnya. Kalau tidak salah itu ada 6 kaset, ceritanya bagus dan mengharukan alangkah baiknya kalau ada yang berkenan meng upload cerita tersebut, biar banyak yang bisa menikamati cerita beduya leluhur kita. Terima kasih.
    Pursito.

    BalasHapus
  2. Matur nuwun Kang Mas Pursito. Saya akan mencoba menulis dan merangkum cerita-cerita klasik Indonesia sebagai budaya luhur bangsa kita

    BalasHapus
  3. Terima kasih Bapak. Tetapi ada Serat lain karya Ki Padmasusastra yang juga berhubungan dengan serat Rangsang Tuban, yaitu serat Prabangkara, Serat Kandha Bumi, dan Serat Kabar Angin. Keempatnya melambangkan 4 anasir kehidupan, yaitu Serat Rangsang Tuban (air), Serat Prabangkara (api), Serat Kandha Bumi (tanah) dan Serat Kabar Angin (angin/udara). Mohon ketiganya juga diberikan sinopsis. Maturnuwun sanget.

    BalasHapus
  4. Cukup susah juga cari ceritanya "thank u min ☺

    BalasHapus

monggo kirim komentar