Kamis, 01 Juli 2010

Bapakku Polisi

Hari ini, tanggal 1 juli Polisi berulang tahun, tepatnya sekarang hari Bhayangkari. Semakin tambah umur seharusnya semakin tambah pengalaman. Pelayanan kepada masyarakat seharusnya semakin lebih baik. "Polisi Mitra Masyarakat" memang seharusnya dan bukan hanya semboyan.
Aku adalah putra polisi, ayahku berprofesi sebagai polisi. Kadangkala aku sedikit kecewa dengan polisi. Apalagi ada berita yang tidak enak kemarin, seperti kasus Susno Duaji, dan yang terbaru aliran dana misterius ke rekening perwira tinggi polisi. INi apa-apaan. Belum lagi kasus "polisi nakal" di jalan yang hampir aku temui tiap tanggal tua dan tanggal muda. Kalau disebutkan, banyak sekali kesalahan-kesalahan polisi. Apanya yang salah?? Perlu reformasikah?
Ayahku masuk kepolisian dengan perjuangan kawan. ketika masih STM kelas 2 ayahku keluar dan masuk tamtama polisi berpangkat Bharada (Bhayangkara Dua) pangkat paling rendah. Tugas pertama adalah ke Timor Timur, perang kawan. kembali ke Jawa, ayahku ingin sekolah Bintara, tapi tidak bisa, alasannya belum tamat SMA. Akhirnya sekolah SMA lagi di SMA Pancasila dan di sekolah itu bertemu dengan ibuku. Lulus, akhirnya diterima masuk Bintara.
Lulus Bintara Ayahku dinas di Brimob Watukosek. Ketika itu polisi masih miskin kawan, bahkan ketika aku masih kecil, kami tinggal di asrama dengan bertembok anyaman bambu, tidak seperti sekarang yang boleh dibilang sudah sangat mewah sekali.
Jenjang berikutnya, ayahku mengikuti sekolah perwira di Sukabumi. Lulus tahun 1996, kemudian tugas di Bangkalan Madura. Hingga sampai kerja di Jawa.
Asal tahu saja kawan, kami baru punya rumah setelah ayahku bekerja selama 20 tahun sebagai polisi. Gaji selalu ditabung dikit demi sedikit..
Yang membuatku sangat bangga, ayahku selalu di hormati dan di segani dimanapun beliau berada. Salut aku. Ajarannya yang selalu aku ingat adalah, polisi bukan untuk ditakuti, polisi adalah mitra masyarakat, polisi harus dekat dengan masyarakat, polisi ibarat tokoh Semar dalam pewayangan.

Kembali lagi ke kasus rekening "gelap" yang mengalir ke perwira tinggi, kenapa ini terjadi? penyalahan kekuasaan? kenapa tidak belajar dari sejarah?? Lihat juga nasib ayahku dan polisi berpangkat "rendah" yang lain.. Kalau sampai masyarakat sudah tidak percaya dengan polisi, terus bagaimana? Amankah ? Lalu, bagaimana nasib orang yang berprofesi sebagai polisi? Mau makan apa anak istri??

Ayahku adalah salah satu anggota polisi yang mengawali karir dari kere. Dan aku bangga menjadi putra seorang anggota polisi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

monggo kirim komentar