Agung Plesiran
unik, spesifik, dan menarik..
Senin, 03 Desember 2012
Mendaki Gunung Melewati Lembah: Plesiran ke air terjun Lider
Woooww... (lebay) he5.. Yaa maklum lah kawan, aku baru saja pertama kalinya mendaki gunung Raung Banyuwangi(walaupun cuma sampai lereng), he5..
Apik kawan,,. Sebelum menuju ke lokasi air terjunnya harus melewati setapak demi setapak, menyebrangi sungai 3x, naik turun lembah.. Waahh kayak pasukan gerilya deh..
Ni fotonya :
Itu yang pake baju merah istriku.. wahhh prengut2 terus selama perjalanan.. Tapi ketika nyampai lokasi air terjunnya wajahnya kyk gn :
Aku pun gk kalah keren..:
yaa walaupun gambarnya agak buram, karena saking gantengnya diriku ini.. hua a a a a
Air terjun Lider, masih alami, asyik...letaknya di kecamatan Songgon, Banyuwangi ayo kawan yang pengen kesana, kontak aja di Galz tour guede Jl. Kolonel Sugiono, 17 B Tukangkayu, Banyuwangi, call/sms 085755596486..
Mantabbb Abwieezzz
Minggu, 25 November 2012
BUKAAA SUSUNYAAA
Hayoo.. yang baca judul ini jangan piktor..
Tema ini berasal dari cerita di dalam mobil ketika perjalananku n keluarga dari Jember.
Inspirasi dari ibu Is..
ceritanya begini:
Suatu hari di tempo yang dulu (riwayat rek), di warungnya emak.. rame banget..
ada orang2 yang makan, sebagian besar laki2. Ada juga para santri yang sarapan..
Kemudian:
anwar (anak warung) : mbak2 degannya mana
bu is : iya pak bentar...
degannya datang
anwar: mbak2.. kug ada yang kurang ya, kurang susunya
bu is : ooh iyaaaa (bingung).. mudhaaaa (adiknya).. kesini o
mudha: iyaaa mbookk
bu is : mana susumu?
muda: (mrengut)apaaaa??/
bu is: eeeehhh malah apaaaa??? mana susumu??? ndg di bukaa
mudha: tambah mrengut..... (maksud te apa ini)???
mudha: lapo susuku arep di buka barang?????
orang2 diwarung : (senyum2, ada yang tertawa) ha a a a a a a a
bu is: eeehhhh ndg di buka susumu... ini lhooo ada yang minta....
mudha: wahhhhhhh.... (tambah mrengut)
bu is: (ambil susu kaleng) iki lhooo muuuddd..... buka en....
mudha: ooooowwhaalaaaaahhhhh (mrengut)......
yaaa inilah....klo punya susu gak segera di keluarkan... ha a a a aa a
Senin, 19 November 2012
Masih Plesiran: Lihat Persiapan Banyuwangi Etno Carnival
Walaupun hanya melihat gladi bersihnya saja, cukuplah untuk melihat sebagian dari budaya Osing.. Kemarin mau melihat, muaceett dan ujaannn..
Ini kawan beberapa foto2nya:
Ini Barong Osing..
Ini salah satu atraksi
Ini juga atraksi2nya..
Aseek deh pokoknyaa... kalo kawan2 pengen liat asiknya budaya dari Bhumi Blambangan,, hubungi Galz Tour Guide, dapatkan penawaran perjalanan menarik dari kami... only call 0857 555 96486... Ukeeeeehh.... JENGGIRAATT!!!
Sabtu, 17 November 2012
Plesiran di Bhumi Blambangan: kesenian tari Gandrung dan tari Puputan Bayu
Jalan2 yuukk... Mumpung masih ada di Bhumi Blambangan alias Banyuwangi, aku harus menyempatkan lihat2 keunikan2 di Bhumi laskar Minak Jinggo ini.. Malam minggu 3 minggu kemarin aku dan istri melihat pertunjukan seni di Taman Blambangan..(klo gak salah sih, aku lupa, he5)
Mulai dari tarian Gandrung..
Ini gambarnya kawan.. (cantik2 yaa...#nglirik istri, he he he he)
Selidik punya selidik ternyata awalnya tari Gandrung dilakukan oleh laki2.. wadeeh,, he5..
begini ceritanya:
Kesenian gandrung Banyuwangi muncul bersamaan dengan dibabadnya hutan “Tirtagondo” (Tirta arum) untuk membangun ibu kota Balambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang) atas prakarsa Mas Alit yang dilantik sebagai bupati pada tanggal 2 Februari 1774 di Ulupangpang Demikian antara lain yang diceritakan oleh para sesepuh Banyuwangi tempo dulu.
Mengenai asalnya kesenian gandrung Joh Scholte dalam makalahnya antara lain menulis sebagai berikut: Asalnya lelaki jejaka itu keliling ke desa-desa bersama pemain musik yang memainkan kendang dan terbang dan sebagai penghargaan mereka diberi hadiah berupa beras yang mereka membawanya didalam sebuah kantong. (Gandroeng Van Banyuwangi 1926, Bab “Gandrung Lelaki”).
Apa yang ditulis oleh Joh Scholte tersebut, tak jauh berbeda dengan cerita tutur yang disampaikan secara turun-temurun, bahwa gandrung semula dilakukan oleh kaum lelaki yang membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana (terbang). Mereka setiap hari berkeliling mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Balambangan sebelah timur (dewasa ini meliputi Kab. Banyuwangi) yang jumlahnya konon tinggal sekitar lima ribu jiwa, akibat peperangan yaitu penyerbuan Kompeni yang dibantu oleh Mataram dan Madura pada tahun 1767 untuk merebut Balambangan dari kekuasaan Mangwi, hingga berakirnya perang Bayu yang sadis, keji dan brutal dimenangkan oleh Kompeni pada tanggal 11 Oktober 1772. Konon jumlah rakyat yang tewas, melarikan diri, tertawan, hilang tak tentu rimbanya atau di selong (di buang) oleh Kompeni lebih dari enam puluh ribu jiwa. Sedang sisanya yang tinggal sekitar lima ribu jiwa hidup terlantar dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan terpencar cerai-berai di desa-desa, di pedalaman, bahkan banyak yang belindung di hutan-hutan, terdiri dari para orang tua, para janda serta anak-anak yang tak lagi punya orang tua.(telah yatim piyatu) dan selain itu ada juga yang melarikan diri menyingkir ke negeri lain. Seperti ke Bali, Mataram, Madura dan lain sebagainya.
Setelah usai pertunjukan gandrung menerima semacam imbalan dari penduduk yang mampu berupa beras atau hasil bumi lainnya dan sebagainya. Dan sebenarnya yang tampaknya sebagai imbalan tersebut, merupakan sumbangan yang nantinya dibagi-bagikan kepada mereka yang keadaannya sangat memprihatinkan dipengungsian dan sangat memerlukan bantuan, baik mereka yang mengungsi di pedesaan, di pedalaman, atau yang bertahan hidup dihutan-hutan dengan segala penderitaannya walau peperang telah usai.
Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.
Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.
Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrungditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.[3]
Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.
Nah lho.. asik to...
ada lagi kawan, ini tarian Puputan Bayu. Tarian ini melambangkan perjuangan heroik rakyat Blambangan melawan kumpeni di tahun 1771. Menurut data sejarah yang ada, sepanjang sejarah Blamhangan kiranya tanggal 18 Desember 1771 merupakan peristiwa sejarah yang paling tua yang patut diangkat sebagai hari jadi Banyuwangi. Sebelum peristiwa puncak Perang Puputan Bayu tcrsebut sebenarnya ada peristiwa lain yang mendahuluinya, yang juga heroik-patriotik, yaitu peristiwa penyerangan para pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger (Putra Wong Agung Wilis) ke benteng VOC di Banyualit pada tahun 1768 . Namun sayang peristiwa tersebut tercatat secara lengkap pertanggalannya, dan selain itu terkesan bahwa dalam penyerangan tersebut kita kalah total, sedang fihak musuh hampir tidak menderita kerugian apapun. Pada peristiwa ini Pangeran Puger gugur, sedang Wong Agung Wilis, setelah Lateng dihancurkan, terluka, tertangkap dan kemudian dibuang ke pulau Banda (Lekkerkerker), 1923: 1052-1053).
ini fotonya kawan:
okee... nantikan kisah selanjutnya... :D
Senin, 12 November 2012
Bom Molotof
Sebutan bom molotf biasanya identik dengan demonstrasi. Kalo udah berujung anarki, jadi deh lempar2an. Senjata apapun dipakai termasuk bom molotof. Bom ini (yang aku tahu) terbuat dari botol yang diisi minyak gas ato bensin, di mulut botolnya di beri sumbu untuk menyalakannya (kayak konsep granat, tapi ini granat kereatif).
Lha, itu tadi bom molotof sungguhan. Nah yang aku ceritakan ini bukan sembarang bom molotof, keluarnya pun di saat sholat. Subhanallah…
Ceritanya begini,, aku kan sekarang menjadi keluarga dari (katakanlah Pak Haji). Alhamdulillah.. Tiap sholat lima waktu, Insya Allah selalu jama’ah (maklum keluarga haji githu loohh).. Suatu ketika, kemarin tanggal 11 November 2012, terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan,. Yaitu: keluarnya BOM MOLOTOF. Pada waktu itu kami sekeluarga melaksanakan sholat Maghrib berjama’ah. Insya Allah khusyu’ beud.. Posisi orangnya, ayah haji sebagai imam, aku di belakangnya, Sunel (adik iparku, pemeran utama cerita ini) di sebelah kiri agak ke belakang dikit (wanita soalnya). Di deretan belakang istriku tercinta (cieehh), emak (ibunya Pak Haji), dan istrinya Pak Haji..
Singkat cerita,. Sholaat.. enaakk, tenaang.. khusu’…eee pas menjelang raka’at terakhir, Sunel dengan anggunnya langsung maak ttuuuuuuttttttt bruuutttt…. Gilee ngentut, pas di sebelahku… Wah hilang deh ketenangan sholatku yang tinggal satu raka’at.. Abis tahiyat akhir, aku ha a a a a a a a!!!!!...gak kuat nahan ketawa….
Selasa, 06 November 2012
Plesiran kuliner Banyuwangi : Pecel Rawon
Kuliner pertama yang aku cicipi di Banyuwangi.. namanya cukup unik, Pecel Rawon..
Dalam pikiranku... iki pecell?? kug campur rawon?? gimana makannya??
waah, ternyata unik kawan.. kuah rawon dengan nasi, daging, kecambah di tambah bumbu pecel yang pedes nusuk. Perpaduan rasa pecel dan rawonnya.. beehhh maakknyuuuuzzz...
Monggo klo mau mampir ke warungnya, namanya Pecel Ayu. Lokasinya berada di Jl. Adi Sucipto, No. 65, Banyuwangi..
pokokee.. maknyuuuzzzz....
Plesiran Banyuwangi Lama: Pantai Boom
Pagi2, hari Minggu kemarin, aku dan istri berjalan2 ke pantai. kami singgah di pantai Boom.. Konon katanya pantai ini dulu adalaha pelabuhan utama di Banyuwangi.. Kapal2 besar semuanya singgah di pelabuhan ini.
Tapi,, semuanya berubah ketika negara api menyerang.. ha a a a ...
Yaa.. perluasan kota menuju Ketapang membuat pelabuhan ini menjadi sepi..
Dan sekarang hanya sisa kejayaan yang tersisa.. reruntuhan bangunan-bangunan di sekitar pelabuhan seakan menjadi saksi bisu tenggelamnya pelabuhan ini (wuisss, putitis baeeud)..
Langganan:
Postingan (Atom)