Kamis, 27 November 2008
Skripsi? Apa itu skripsi? Para mahasiswa semester akhir (semester 7 ke atas) pasti pusing mengerjakan skripsi ini. Terus apa itu skripsi?? Aku juga bingung apa itu skripsi? Kenapa aku bingung? Iya karena aku juga mengerjakan sesuatu yang bernama skripsi ini.. Lalu apa itu skripsi?? Skripsi ini membuatku pusing juga. Semester 7 ini sudah berjalan hampir berakhir aku belum selesai menyelesaikan pra skripisi atau sering juga disebut proposal penelitian.
Mulailah aku mencari apa itu pengertian skripsi. Mulailah aku baca buku. Skripsi adalah jenis penelitian yang berorientasi pada data empiris di lapangan. Skripsi ini adalah syarat kelulusan untuk kita mahasiswa yang menempuh jenjang sarjana S1. Kalau menurutku sih skripsi adalah hasil akhir dari kita kuliah sampai semester akhir. Teori-teori yang kita dapat dari kuliah kita praktekkan dalam skripsi. Kita tulis dalam skripsi. Kata para dosenku sih skripsi ini adalah ”latihan” dalam mahasiswa yang menyelesaikan studi S1. Beda lagi nantinya kalau menulis tesis atau desertasi, wah tampang pusing kurus kering....
Itulah skripsi. Inilah yang membuatku pusing. Saat ini belum aku mengerjakan skripsi. Aku masih mengerjakan dalam taraf praskripsi. Apa itu? Apa bedanya dengan prasejarah? Ya yang dimaksud praskripsi ini adalah proposal penelitian. Atau lebih mudahnya rencana penelitian. Wah ini aku pusing lagi. Sebenarnya gak pusing sih, cuma aku saja yang agak bulet.. Lho kok gitu?? Ya semua berawal dari diri-sendiri. Kalau ada niatan pasti ada jalan. Tapi aku belum ada jalan, niat sudah.
Dari tadi panjang lebar bercerita tentang skripsi.. Aku mau bercerita tentang diriku. Aku ini sebenarnya mahasiswa Jurusan Sejarah di salah satu universitas negeri di Malang, namanya Universitas Negeri Malang (UM). Sering orang-orang salah dengan sebutan UM, mereka mengira UM itu adalah Universitas Muhammadiyah. Nah sekarang ini aku lagi dalam proses mengerjakan proposal. Lha jadi belum mengerjakan skripsi. Dengan tertawa ha ha ha ha ya aku masih praskripsi. Proposalku sebenarnya sudah jadi. Tapi pas aku lihat lagi kok amburadul?? Terus aku mengikuti seminar. Aku maju di urutan nomer lima. Di kampusku seminar itu mata kuliah dan aku ikut mata kuliah itu di semester tujuh ini. Nah cerita dilanjutkan kembali. Aku melihat teman-teman yang maju. Wah ternyata amburadul. Terus aku melihat proposalku sendiri.. Walah tambah amburadul. Butuh antivirus PC Media neh, biar virus amburadulnya bisa terhapus.
Nah melihat pengalaman dari teman-teman yang sudah maju, aku bertekad proposalku harus aku ubah biar bener. Mulailah aku merevisi sendiri proposal. Bukannya tambah baik eh malah tambah pusing aku?? Aku mengetik kata demi kata. Tapi gak selesai-selesai setiap satu kalimat yang kuketik aku delete aku hapus. Terus ngetik lagi, hapus lagi, terus begitu. Walah malah pecah deh kepala. Terus aku konsultasi pada dosen namanya Pak Joko (maaf ya kalau aku menyebut merk). Konsultasi setengah curhat aku. ”Pak aku pusing pak, gimana nih..??” kataku. Terus akhirnya aku diberi jalan keluar untuk judul proposalku. Oh ya kawan judul proposalku yang diusulkan Pak Joko ”Pemikiran Sutomo tentang Pergerakan Politik di Indonesia”. Sebenarnya dari setahun yang lalu aku menyiapkan tema Biografi Bung Tomo, aku mencari buku-buku tentang Bung Tomo. Sampai saat ini yang aku temukan cuma lima buku. Rencana skripsiku adalah biografi Bung Tomo
Oke kembali ke proposal. Yah akhirnya daripada bingung dan pusing 77 keliling aku akhirnya membuat proposal yang judulnya tadi diberikan oleh Pak Joko. Waktu itu tinggal seminggu lagi aku maju seminar. Wah aku buat deh. Proposalku yang lama aku lanjutkan ya aku tambahi dengan kata-kata dari buku dan kata-kataku sendiri. inilah kawan kalau kita tidak banyak membaca. Salah satunya aku. Aku kekurangan kata-kata yang pas untuk tak masukkan dalam proposal. Apalagi di bagian latar belakang... Tapi weess pokoknya buat dulu, ntar kan ada revisi dan dosennya pasti mencoret-coret dari halaman per-halaman.
Pada waktu mau ngumpulin proposal, sehari sebelum aku tampil eh dosen pembimbing seminar malah sibuk jadi panitia sertifikasi di Batu. Oke deh aku sangat memahami, karena itu memang tugas berat menentukan nasib para guru. Maaf aku menyebutkan nama orang lagi, dosen pembimbingku seminar adalah Pak Mashuri. Wah orangnya melankolis banget, perfeksionis, kalau moodnya lagi enak, wuah ueenak kalau konsultasi. Nah pas aku tampil wah mood orang ini lagi negatif, maklmum baru pulang dari sertifikasi di Batu larut malam terus paginya datang ke seminarku.
Oke ceritanya begini. Aku kan seminar hari Jumat. Proposal harus aku serahkan sehari sebelum seminar. Hari Kamis aku mengontak Pak Mashuri. Pas Rabu malam aku menelpun rumahnya, gak ada yang ngangkat. Aku telpun Hpnya gak aktif. Waduh pusing deh. Akhirnya hari Kamis aku ke kampus kalau-kalau Pak Mashuri ada. Tapi ditunggu pun tidak kunjung nongol. Akhirnya aku telpun ke Hp dan alhamdulillah aktif. Telpun, terus aku harus menemuinya ke Batu, waktu itu beliau ada di Hotel Tiara depan kantor kecamatan Batu. Berangkatlah aku kesana, demi mengumpulkan proposal. Oke sampai di hotel. Wah bingung.. Kata Pak Mashuri, kalau beliau tidak ada serahkan ke Pak Saiful atau mbak Dina, anggota beliau. Di hotel aku mondar-mandir gak ketemu ma kedua orang di atas. Tanya orang pada gak tahu. Ada yang tau tapi orangnya gak ada. Dari pada pusing aku malah ngobrol sama guru yang disertifikasi, tapi aku lupa namanya. Terus aku diantarkan oleh guru itu ke panitia pusat sertifikasi. Tapi gak nemu. Akhirnya dengan wajah agak mrengut aku pasrah sajalah.
Berjalan aku di depan hotel Tiara. Masuk lagi ke dalam. Dan beruntung aku bertemu dengan Ibu Widya (atau siapa ya aku lupa). Nah ibu ini juga salah satu anggota dari Pak Mashuri. Aku titipkan proposalku ke orang ini. Dan orangnya mau, aku berterima kasih. Ooalaah mau nyerahkan proposal kok angel banget... Wess aku lega pulang ke Malang. Terus malamnya aku persiapkan power point buat presentasi besoknya (Jumat). Aku menyerahkan proposal hari Kamis 6 November 2008, aku presentasi Jumat 7 November 2008.
Jumat pagi aku tampil. Aku lihat Pak Mashuri tampak kelelahan. Ya maklumlah beliau banyak kegiatan alias sibuk banget. Presentasiku agak kacau, terus proposalku tambah kacau. Aku pikir proposalku dicorat-coret dalamnya lembar demi lembar, eh tidak. Dibaca pun tidak. Ya pak Mashuri kan sibuk, seharusnya aku mengumpulkan seminggu sebelumnya. Tapi dua temanku mengumpulakan sehari sebelumnya enak dicorat-coret lembar demi lembar. Jadi tahu salahnya. Lha aku cuma ditulis di depan cover. Wah ini proposalku kuaaacaau atau bagus?? Tapi kayaknya kacau soalnya gak fokus. Lha seminarku juga agak kurang sip karena cuma satu jam soalnya Pak Mashuri juga ada kegiatan lagi.. Walah gimana ini? Gimana mau revisi wong gak ada coretannya?
Ternyata memang harus revisi total kawan. Proposalku kacau. Kata-kata yang di latar belakang itu tidak sinkron. Aku harus banyak baca lagi. Ada ketakutan tidak lulus aku. Aku harus mengumpulkan sumber lagi ini. Harus dapat? Gimana caranya?? Satu hari satu paragraf. Dan setiap hari baca. Syukur-syukur kalau bisa ketemu sumber primer. Inilah sejarah kawan. Aku harus menemukan sumber-sumber primer baik saksi hidup, arsip, maupun buku. Aku tidak mengharapkan molor lama, tapi aku berpikir proses. Proses membuat tulisan...
Sabtu, 6 Desember 2008
Kawan, ternyata menulis itu susah banget, apalagi menulis karya ilmiah seperti skripsi ini. Padahal aku masih menulis praskripsi. Satu hari satu kata atau satu paragraf ternyata tidak bisa berjalan dengan teratur. Masih saja ada halangan, entah itu malas atau gak ada inspirasi.
Malas, kata ini sengaja aku cetak tebal. Kata ini membuat hidup seseorang menjadi tidak berguna. Ya itu benar, termasuk aku yang terkena penyakit psikologis ini. Kalau mau menulis menunggu dengan malas ya tidak berguna. Sebenarnya aku banyak inspirasi kawan. Aku mulai sering berdiskusi, sering membaca di perpustakaan. Inspirasi untuk menulis itu ada. Tapi ketika menghadapi komputer untuk mengetik, ya ampun mengetik kata pertama aja tidak bisa, rasanya kayak ada yang kurang. Aku udah banyak baca, aku udah sering lihat proposal skripsi di perpustakaan Lab Jurusan Sejarah. Lalu apa masalahnya???.
Belajar terus tanpa henti. Seorang dosenku bernama Pak Najib sering mengatakan gaat late voor leren (moga kalimatnya benar), yang artinya tidak ada kata terlambat untuk belajar. Ternyata kata ini asyik kawan. Aku begitu menikmati belajar di semester akhir ini (semester 7). Aku juga sangat paham teori tentang penulisan sejarah, pengumpulan sumber, metodologi, dan teknis untuk menulis. Inspirasi menulis juga buanyak aku dapatkan. Ada satu pengalaman yang membuat adrenalin-ku bergejolak. Kemarin hari Kamis, 4 Desember 2008 aku mengikuti seminar dari kelas Program Studi (Prodi) Pendidikan Sejarah. Ternyata kebingungan dan kesalahan menulis proposal tidak hanya aku yang mengalami. Teman-teman dari Prodi lain juga begitu. Malah ada mahasiswa yang tingkat intelektualnya tinggi menulis proposal aja kalang kabut. Aku melihat tampilan power point-nya, dan melihat metodologinya, wah kacau. Ternyata orang ini juga sama. Terus sesudah presentasi, diberi penjelasan oleh dosen pembimbing seminar, ketika itu Pak Deny. Penjelasan dari Pak Deny ini sangat enak, kita diberi tahu teknik-teknik menulis proposal.
Inilah kawan, aku berusaha mencari inspirasi dalam menulis proposal yang kelak nanti menjadi skripsiku. Aku mulai belajar. Aku banyak-banyak membaca buku-buku hasil penelitian, buku biografi (karena temaku ini biografi tokoh). Melihat seminar dari Prodi lain. Aku menjadi bertambah paham akan penulisan penelitian sejarah. Tinggal praktek. Nah, ini yang agak sulit. Gak tahu ya kok menulis satu kalimat aja sulitnya bukan main. Apa bingung kata apa yang kira-kira cocok ya??
Begini kawan dalam proposal kan ada sistematikanya: setelah kita menentukan tema apa yang cocok, kita mempersempitkannya menjadi topik, misalnya aku mau membahas tentang tema tokoh pahlawan, kemudian aku sempitkan menjadi topik biografi tokoh, yang aku pilih adalah Sutomo atau lebih dikenal dengan nama Bung Tomo. Kenapa aku memilih tokoh ini? Sebelumnya Bung Tomo ini belum mendapatkan pahlawan nasional. Namanya terkenal pada peristiwa perang 10 November 1945 di Surabaya. Tokoh ini kontroversi, kisahnya hanya diceritakan sepenggal-sepenggal. Bahkan kegiatan pada masa pasca revolusi belum ada yang mengupas. Nah inilah kawan alasanku memilih tokoh ini. Alasan ini ada dalam latar belakang. Judulku adalah Biografi Politik Bung Tomo 1920-1981. Kemudian aku merumuskan masalah, bagaimana latar belakang lingkungan Bung Tomo, bagaimana pemikiran Bung Tomo, dan bagaimana kegiatan politik dari Bung Tomo. Mungkin untuk tujuan tidak aku bahas, soalnya subbab itu mengikuti rumusan masalah. Untuk manfaat aku tidak terlalu muluk, cukup untuk sebagai pengalaman dan pelajaran dari tokoh yang aku tulis, sebagai referensi, dan kalau sukses dan diterbitkan, bisa bermanfaat bagi masyarakat, biar tahu siapa Bung Tomo dan juga agar bisa menjadi pelajaran. Yang penting subbab manfaat realistis saja, gak usah muluk-muluk.
Pada kajian pustaka mau aku menjelaskan tenang konsep biografi. Aku mencari definisi biografi dari buku-buku yang meceritakan tentang biografi tokoh, dan juga mencari di kamus ilmu pengetahuan, mungkin nanti aku mencarinya di kamus besar Bahasa Indonesia. Tapi menurutku definisinya sama aja, yaitu kisah atau menceritakan tentang riwayat hidup seseorang. Terus di subbab kajian pustaka ini juga aku nantinya menampilakan karya-karya biografi yang lain dan memetakaannya. Kan jenis biografi itu bermacam-macam, ada yang biografi politik, ada yang biografi pemikiran, dan yang lain yang belum aku temukan, ha100x. Kemudian aku juga akan menulis tentang situasi politik selama Bung Tomo hidup.
Metodologi. Metode yang aku gunakan adalah metode historis. Kuntowijoyo sudah mengatakan dan aku paham tentang metode ini, heuristik, kritik, dan interpretasi, kemudian historiografi.
Ø Heuristik adalah cerita mengumpulkan sumber. Jadi dalam proposalku nantinya akan aku tulis pengalamanku ketika mengumpulkan/ eksplorasi sumber. Mengklasifikasi sumber, mana yang primer, sekunder, tersier, kuarter, dan ter-ter yang lain. Kemudian identifikasi, apakah sumber ini terkait dengan judulku. Tentunya cerita ini memakai bahasa ilimiah, bukan bahasa kayak gini, bisa ditonjok sama Ketua Jurusan.....
Ø Kritik, ada dua ekstern dan intern. Ekstern itu kritik dari bagian luar sumber. Apakah sumber yang ditemukan asli atau palsu. Ini bagian luarnya lho ya, kalau sumber dilihat dari luar sudah kelihatan palsu ya di buang aja. Terus intern, itu dari dalam. Ketika sudah diluar sudah asli, lalu diteliti di bagian dalam. Nah kalo ternyata di bagian dalam ini menyimpang isinya dan tidak cocok dengan luarnya, ya dibuang juga. Begitu juga dengan sumber saksi sejarah. Topik kita adalah perang di Surabaya, terus menemukan saksi sejarah. Ngakunya sebagai pemimpin tapi ditanya dulu gimana strategi perang, eh dia gak bisa jawab, ya hati2 palsu dia. Terus bandingkan dengan saksi yang lain. Terus ternyata yang diwawancarai pertama tadi ternyata tukang masak gimana, berabe doonkk!! Jadi ibarat kita meneliti seorang wanita. Dari luar wwuuaah cuuantikkk, mulus... tapi kok kakiny berbulu, wah berarti palsu..
Ø Interpretasi. Nah ini setelah mendapatkan sumber dan memastikan sumber itu asli, mulai kita tafsirkan. Tentu tafsiran ini tidak asal-asalan, sebelumnya kita harus tahu tentang isi dari sumber yang menyangkut topik/ judul kita. Tidak main comot terus dirujuk. Ini kawan kesalahanku juga dalam menulis proposal. Pokoknya ada sumber aku comot saja jadi rujukan. Penggunaan teori juga dibutuhkan dalam mentafsirkan sumber. Misalnya menemukan batu bata merah. Kalau kita tidak tahu teori tentang arkeologi, ya gak tau ini batu bata buat apa dan dari mana. Mungkin kalau dikejar anjing bisa tahu gunanya.
Ø Tahap terakhir adalah historiografi. Inilah yang menentukan. Tugas peneliti adalah menuliskan secara kronologis dan sistematis dalam sebuah karya ilmiah. Aku teringat kata-kata dari Pak Joko, Setangkai Pena, Selembar Kertas, Seuntai Kata-kata. Dan benar kawan kata-kata ini membuatku semangat dalam menulis. Dari setangkai pena (mungkin sekarang sebuah laptop) aku menuliskan dalam sebuah kertas yang lama-lama karena banyak menulis kata-kata hingga menjadi sebuah buku. Dan jika semakin banyak menulis akan banyak menerima uang, amiiiinnnn. Ya kawan inilah impianku..
Itulah kawan aku bisa dan paham menuliskan teknik menulis karya ilimah. Tapi pas aku praktek, walah malah pusing sendiri. Kelemahanku saat ini adalah sumber sejarah. Ya itu dia sumber sejarah, sekali lagi sumber sejarah. Aku harus segera mendapatkan sumber sejarah. Aku harus mengumpulkan sumber sumber tentang Bung Tomo. Aku harus mengejar, berusaha.. Aku tidak berpikir muluk-muluk, aku berpikir proses. Apa yang ada sekarang ya aku pakai, apa yang ada sekarang aku gunakan dahulu. Nanti setelah dapat sumber baru dibenahi.. Ternyata menulis ilmiah itu suliit ya...
Sabtu, 3 Januari 2009
Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, dan hari berganti hari. Sudah dua minggu aku mengejar tema Biografi Bung Tomo. Sampai sekarang belum aku temukan sumber primer, aku belum bertemu dengan Ibu Sulistina Sutomo. Merasa berdosa aku rasanya, aku tidak menepati janji dengan beliau. Padahal kemarin sebelum pekan sunyi aku sudah merencakan untuk ke Bogor dengan Hunter. Bahkan Ibu Sulistina sudah aku hubungi via telepon. Tapi tidak jadi. Tahu masalahnya kawan??
Jadi begini, seminggu sebelum pekan sunyi aku sudah pasrah dengan judul proposal Biografi Bung Tomo ini. Aku sudah pusing bagaimana aku mengerjakannya. Sumbernya jauh dan waktu untuk kesana mepet banget. Kemudian aku berpikir realistis saja, aku akan berganti judul yang dekat denganku. Judul yang aku persiapkan adalah Sejarah Terbentuknya Kamra (Keamanan Rakyat) di Indonesia tahunnya 1998-2000. Pikirku, mungkin dengan judul ini aku bisa lebih mudah mengerjakannya. Aku bisa bertanya dengan ayahku yang nota bene adalah polisi dan bisa mencari saksi hidupnya. Aku mulai mencari-cari sumber basah tentang Kamra melalui internet.
Temanku Hunter, menyatakan kesediaan siap untuk berangkat ke Bogor. Ini yang membuatku pusing lagi. Aku mempersiapkan tema yang lain malah ada jalan menuju ke Bogor. Dan waktunya sempit sekali, hanya seminggu, tapi aku rasa cukup untuk sekedar lulus. Inilah kawan pemikiran mahasiswa semester 7, bawaannya pengen lulus saja. Hambatannya yang lain adalah pada hari sabtunya aku harus pulang ke rumah. Ada acara boyongan rumah, aku boyongan dari Kertosono ke Jombang. Acaranya berlangsung sampai minggu. Aku berencana tapi tidak niat, nanti sepulang dari Kertosono aku langsung ke Bogor. Tapi Tuhan berkehendak lain. Pada waktu acara boyongan aku jatuh sakit.
Kesalahan yang sangat besar aku lakukan adalah menelpun Ibu Sulistina dan menjanjikan ke Bogor pada pekan sunyi, yaitu tanggal 28 Desember 2008-4 Januari 2009. Mungkin di Bogor sana aku hanya bertemu dua hari dengan Ibu Sulistina, soalnya waktu yang mepet, belum mencari rumahnya. Dengan tololnya aku ngomong di telepon dengan Ibu Sulistina kalau aku mau kesana dan ingin bertemu. Dan aku sudah bilang kalau aku ingin bertemunya pada hari rabu atau kamis. Dan Ibu Sulistina bilang ya.. Lalu sampai sekarang aku belum kesana dan belum juga menghubungi kalau tidak jadi ke Bogor. Tidak enak aku rasanya. Untung saja Ibu Sulistina tidak menanyakan nomer Hpku, bisa-bisa aku kena masalah yang besar. Aduh aku sangat merasa bersalah.
Ketika di rumah Kertosono aku terus memikirkan tema skripsiku dan pergi ke Bogor. Tahu akibatnya kawan? Sampai tema itu datang di mimpiku. Alam bawah sadarku langsung membaca seluruh keinginanku itu. Banyak sekali yang datang dalam mimpiku, ada dosen pembimbing, ada teman-teman, bahkan Bung Tomo dan istrinya juga ada. Semua menumpuk di kepalaku. Memang benar kata neurolog Sigmund Freud, apa yang ada dalam alam nyata akan kembali ada pada alam bawah sadar, termasuk ide. Dan yang terjadi padaku adalah, paginya badanku langsung meriang kedinginan dan rasanya panas dingin. Sungguh luar biasa kekuatan alam bawah sadar.
Pemikiran orang-orang, gagal merupakan musibah yang tek terkira. Tapi bagiku gagal adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa. Dari gagal aku bisa menjadi lebih baik lagi, dan meraih kesuksesan. Gagal, aku membuat proposal ini gagal dan ingin rasanya mengulang dengan membuat yang lebih baik lagi. Tapi untuk syarat lulus, aku tetap berusaha mengerjakan proposalku. Kemudian aku berkontemplasi, aku harus mengganti kesalahanku terhadap Ibu Sulistina. Jika aku lolos dan berhasil mengerjakan skripsi, aku akan membuat Biografi dari Bung Tomo. Bung Tomo merupakan salah satu idolaku. Aku ingin bisa menulis seperti Bung Tomo.
Kini aku diliputi banyak ide dan gagasan. Setelah membaca novel Maryamah Karpov, Tetralogi Laskar Pelangi yang terakhir, motivasiku untuk menggapai impian tumbuh lagi. Aku ingin sekali menulis, menghasilkan karya yang sangat bagus dan bisa dibaca oleh banyak orang di seluruh Indonesia atau bahkan di seluruh dunia.
Aku akan berusaha mengumpulkan banyak sumber lagi untuk tema baruku ini. Aku harus bisa membuat sebuah karya ilmiah yang bagus yang terbagus, yang terbaik. Semester depan aku akan mengeksplorasi sumber-sumber sejarah. Jika ganti judul dan mengajukan judul, tentu sumber-sumbernya harus ada. Biar aku bisa beragumen. Diam-diam aku menantang Pak Mashuri, dosen pembimbing seminar. Aku harus bisa..
Rabu, 28 Januari 2009
Lama juga aku tidak menulis, hampir tiga minggu. Oke kawan perjalanan menggapai kelulusan dilanjutkan kembali. Minggu ini aku melakukan KRS (Kartu Rencana Studi). Dalam KRS itu tercantum 4 mata kuliah yaitu, Skripsi, KKN, Kapita Selekta I dan II. KKN aku delete karena aku memilih mata kuliah Kapita Selekta I dan II. Pada hari pertama KRS-an (begitu kita menyebutnya) yaitu kemarin, aku mengajukan judul skripsiku. Mau tahu kawan apa judul skripsiku? Ahh kau mau tahu aja, baiklah. Judul skripsiku tetap yang kemarin, yaitu Biografi Politik Sutomo (1920-1981). Aku akhirnya mengajukan judul ini karena melihat seminarku kemarin aku lulus walaupun mendapat nilai B-. Sampai sekarang aku tidak tahu kapan pengunguman penerimaan judul? Semoga saja diterima. Amiin.
Aku sudah menebak-nebak siapa calon pembimbingku. Kemungkinan besar aku mendapat dosen pembimbing yang ”kejam”. Ternyata dari aku mengobrol dan berdiskusi dengan senior-senior yang sudah lulus, judul dan isi skripsi kita tidak digubris, yang diotak-atik sampai membuat pusing adalah masalah metodologi. Inilah kawan dari sekarang aku harus belajar, harus banyak belajar tentang metodologi penelitian sejarah.
Jika umpama judulku diterima, masalah berikutnya adalah menghubungi keluarga Sutomo. Malu aku kawan, kemarin aku sudah membuat janji, malah aku yang tidak datang. Lalu besok bagaimana. Tapi ada cara, ada planning yang akan aku terapkan nantinya. Jangan sekarang aku memberitahukan, besok saja kalau berhasil.
Aku realistis saja kawan. Hampir saja aku memolorkan diri kuliah. Semester ini aku harus selesai. Untuk itu kawan, judulku inilah yang aku ajukan. Motivasi yang lain adalah jika aku tidak segera lulus dan bekerja, nanti pacarku atau calon istriku mau makan apa? Aku tidak ingin menjadi para idealis-idealis yang nandon di kampus. Aku harus bisa selesai kemudian mencari kerja dan menikah. Enakkan kawan??
Perjuangan belum selesai. Ini masih persiapan awal, ibaratnya perang, ini masih tahap pengumpulan amunisi. Aku sangat menikmati situasi ini. Inilah kawan, kalau ingin menggapai cita-cita tidak perlu terlalu ambusius, cukup menikmati saja hidup ini dan tentu dengan kerja yang maksimal. Kawan, ayo berjuang.
Jumat, 20 Februari 2009
Langkah pertama telah aku lalui. Tidak percuma aku berharap dan memandangi papan pengumuman di jurusan. Aku seringkali melihat judul-judul skripsi yang terpampang. Dalam lubuk hati yang paling dalam aku berkata, ”suatu saat judulku akan dipasang disini”. Setelah menunggu selama dua minggu akhirnya judulku ada, walaupun cuma tiga kata dan dua rentang tahun setidaknya judulku sudah diterima. Lega rasanya, tapi ini masih awal mula perjuanganku.
Tidak tanggung-tanggung kawan, pembimbing skripsiku adalah dua orang yang penting di Jurusan Sejarah. Mereka adalah Ketua Jurusan Sejarah, Prof. Dr. Haryono, M.Pd. dan Sekretaris Jurusan Sejarah, Drs. Marsudi, M.Hum. Mendengar informasi tentang pembimbingku ini aku hatiku berdegub kencang, seperti mau menembak seorang wanita yang kusayangi. Aku merasa agak minder dengan kedua pembimbing di atas, tapi di sisi lain aku merasa tertantang dan ingin terus berkarya, ingin terus menulis. Inilah kawan impianku, menjadi penulis yang handal.
Hari-hari aku lewati dengan membuat perencanaan untuk menulis skripi. Aku mulai dengan menulis jadwal mengajar dari kedua dosen. Kemudian membuat perjanjian untuk konsultasi. Ayo semangat.
Untuk mengisi waktu yang sangat kosong aku mulai membuka usaha kawan. Aku memdirikan counter pulsa. Tidak apa-apalah walaupun dapat Rp. 1.000- Rp. 10.000, yang penting punya kegiatan yang menghasilkan sesuatu. Aku juga sering menulis jika lagi menganggur. Jadi kawan yang perlu diperhatikan adalah manfaatkan waktu luang sebaik-baiknya, satu menit bisa menghasilkan Rp. 1.000,-. Aku percaya itu..
Selasa, 3 Maret 1987
Hari kamis kemarin aku pertama kali melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing skripsi. Tidak seperti aku bayangkan, hari pertama kemarin konsultasi tidak seperti yang aku harapkan. Prof. Hariono, pembimbing pertamaku, ternyata sedang sibuk. Ketika aku menemui, beliau sudah ditunggu Pembantu Dekan I untuk rapat. Akhirnya ya sudahlah, aku cuma meletakkan di mejanya dan janjian hari senin ketemuan lagi karena Jum’at beliau ada acara di Surabaya. Kemudian aku diskusi dengan pembimbing kedua, Pak Marsudi. Beliau cuma menyarankan untuk banyak membaca buku-buku yang berhubungan dengan temporal selama Bung Tomo hidup. Ya baiklah, aku tidak terburu-buru, yang penting sambil jalan skripsi dikerjakan.
Oh ya kawan satu hal yang ingin aku ceritakan. Aku janjian dengan Pak Hariono dengan cara mengirim pesan singkat (SMS). Aku mengirim SMS pada hari Rabu malam jam 20.00. Kau tahu kawan, Pak Hariono membalas SMS-ku malam dini hari yaitu jam 2.17 menit. Agaknya orang ini tipe orang yang tidak konsisten, atau memang workaholic karena banyak sekali kegiatan (sibuk). Aku janjian ketemuan jam 11.00 di kantor Jurusan. Tapi ketika aku kesana beliaunya lagi rapat, ada pelatihan komputer. Sebenarnya aku sudah tahu dari Mas Deni, salah satu dosen Sejarah juga. Tapi aku mencoba menyelidiki bagaimana konsistennya Pak Hariono, satu-satunya Profesor di Jurusan Sejarah dalam mengasuh mahasiswanya.
Aku yakin kalau hari senin kemarin Pak Hariono juga mempunyai kesibukan yang luar biasa. Akan tetapi pastilah ada waktu untuk mengoreksi. Pokoknya aku tetap harus berkomunikasi dengan baik dengan Pak Hariono. Aku juga punya cita-cita kawan. Aku tidak ingin skripsi ini hanya menjadi pajangan di lemari perpustakaan kampus (Perpustakaan fakultas, universitas, dan Lab. Sejarah). Aku ingin publik mengetahui hasil kerja kerasku ini. Aku membayangkan skripsiku ini terpampang di Toga Mas dan Gramedia. Aku tidak punya apa-apa kawan, tapi aku punya cita-cita, keinginan, impian setinggi langit.
Dari hari Sabtu sampai sekarang aku berada di Surabaya. Aku menemui pujaan hatiku kawan, maklum sudah sebulan tidak bertemu. Dia sekarang bekerja di Axa Mandiri. Perjuangan yang luar biasa dari Nyo2 (panggilanku kepadanya). Aku nanti jam 7an balik ke Malang. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di Malang. Waktu luang tidak akan aku sia-siakan. Satu detik saja merupakan peluang yang harus diambil. Semangaaatttt!!!!!!
Kamis. 12 Maret 2009
Sudah tiga hari aku berada di Surabaya. Selama tiga hari itu juga aku menyempatkan waktu untuk mengunjungi jurusan Sejarah UNAIR (Universitas Airlangga) dan UNESA (Universitas Negeri Surabaya). Setelah konsultasi dengan Pak Hariono seminggu yang lalu aku langsung melakukan sidak lapangan. Sebenarnya aku tidak ada rencana untuk ke Surabaya, tapi karena ada urusan mengantarkan Nyo2, jadi sekalian saja untuk mencari referensi dan inspirasi di Surabaya (UNAIR dan UNESA).
Aku kemarin konsultasi dengan Pak Hariono (pembimbing pertama) pada Rabu, 4 Maret 2009. Ternyata bimbingan dan saran dari Pak Hariono sangat bijaksana, tidak aku kira seperti ini. Ternyata tidak seperti kata kawan-kawan yang katanya skripsinya dicorat-coret, dimarahi, dosen minta ini itu dan apalah. Akan tetapi ketika aku diskusi dengan Pak Hariono bukan omelan yang aku terima, tapi sebuah saran yang membangun dan sangat bijaksana. Sebelumnya memang aku sudah berpikir positif saja, aku optimis para pembimbingku bakal mendukungku.
Kembali ke kota Surabaya. Luar biasa kota Pahlawan ini. Semalam ketika aku mengantarkan Nyo2 ke kosnya, di sepanjang jalan banjir sampai setengah ban. Baru kali ini aku mengendarai sepeda motor seperti mengendarai jetsky atau perahu motor. Hujan deras sepanjang malam kemarin sungguh luar biasa di Surabaya.
Kau tahu kawan, ternyata judul-judul skripsi di Jurusan Sejarah UNAIR boleh dibilang sederhana, tapi mempunyai isi yang padat dan kreatif. Aku sempat melihat dan membaca satu bab skripsi tentag biografi Abdoel Gani, mantan rektor UNAIR. Asyik isinya, sistematikanya mungkin nantinya bisa aku tiru. Jurusan Sejarah UNESA malah lebih sederhana lagi. Kemarin aku pinjam satu skripsi, tebalnya tidak sampai 80 halaman, tipis kawan. Wah, semakin semangat saja aku. Di UNESA juga aku berkenalan dengan Pak Wahyu, salah satu dosen Jurusan Sejarah. Beliau ini pernah menulis sebuah draft usul kepada DPRD Propinsi untuk mengusulkan Bung Tomo menjadi Pahlawan Nasional. Tapi, perkenalan kita agak tidak bagus karena beliau sedang sibuk. Tidak apa-apalah yang penting sudah punya kenalan yang mempunyai referensi dan gambaran.
Aku kemarin hari Selasa sempat berkenalan dengan M. Nursam, editor ombak. Perkenalan yang sangat menyenangkan walaupun hanya via SMS. Perkenalan ini berawal dari ketika aku menemukan buku tentang biografi Sartono Kartodirdjo. Halaman belakang buku ini ada biodata penulisnya (M. Nursam) dan nomor handphone-nya. Iseng saja aku sms, eh ternyata M. Nursam membalas SMS-ku. Perkenalan yang menguntungkan bagiku. Padahal kemarin aku hanya mengirim pesan yang isinya memuji karya M. Nursam, malah menjadi sebuah perkenalan. Beruntung kawan, M. Nursam ini adalah spesialisasi menulis biografi. Jika aku bisa belajar darinya, aku bisa menulis Biografi Sutomo ini dengan baik dan syukur bila berhasil diterbitkan. Optimis, aku percaya itu...
Selasa, 12 Mei 2009
Woow lama juga aku tidak menulis, hampir sebulan jemariku tidak menyentuh tuts laptop. Kini aku kembali lagi kawan. Sekian lama aku tidak menyentuh skripsiku. Aku terlena dalam mencari sumber kehidupan. Akan tetapi ketika Wawan, temanku dari UNAIR, memberikan informasi. Dia menemukan arsip tentang Bung Tomo. Seketikan rasa semangat dan optimis tinggi menyelimutiku.
Selasa, 19 Mei 2009
Kemarin Jum’at setelah Jum’atan aku menyerahkan bab I ke kedua dosen pembimbingku. Rencananya besok pagi aku konsultasi alias bimbingan. Sebenarnya agak bingung aku mengerjakan Bab I. Masalahnya, di Bab I aku hanya menulis tidak sampai 20 halaman. Wah ini agak ruwet. Untuk mencari jalan keluarnya aku meminta nasehat ke Pak Nursam bagaimana membuat Biografi yang menarik.
Sungguh kawan, aku semangat sekali. Aku mau mewujudkan impianku, menjadi penulis, sejarawan, pengusaha yang sukses. Aku tidak sabar melihat corat-coret pulpen dari dosen pembimbing, bagiku itu adalah lukisan yang indah mewarnai tulisanku. Aku juga tidak sabar mendengarkan omelan dan caci maki dari dosen pembimbing, bagiku suara itu seperti pujian yang indah. Aku menginginkan skripsi ini tidak hanya terpampang di kampus saja, aku ingin seluruh orang membaca. Aku berjanji, setelah aku sukses, aku akan menularkannya kepada teman-teman. Aku akan selalu memberikan motivasi kepada teman-teman.. Ayo semangat!!!
Senin. 25 Mei 2009
Hari ini aku pertama real bimbingan skripsi. Asyik sekali, itu yang aku rasakan. Banyak sekali kesalahan dalam penulisan Bab I skripsiku, banyak pula pelajaran yang aku peroleh. Menulis skripsi atau karya ilmiah yang lain ternyata memerlukan keuletan, ketelitian, dan penggunaan EYD yang tepat. Penulisan skripsiku jauh dari kesempurnaan, tapi tidak apa-apa. Aku semakin banyak belajar dan semakin bersemangat dalam belajar menulis skripsi.
Tadi siang jam 12.30 aku bimbingan. Tidak seperti hari-hari biasanya ketika aku menemui dosen pembimbing, agak dredeg juga rasanya tadi siang di kantot jurusan. Ada apa gerangan, kok tidak seperti biasanya. Inilah yang namanya ”kesan pertama begitu menggoda selanjutnya terserah anda”.
Corat-coret di draf Bab I skripsiku aku pelajari baik-baik. Aku catat kembali coretan-coretan dari dosen pembimbing dengan baik agar bisa dengan mudah aku pelajari. Banyak nasihat yang aku peroleh dan juga banyak saran. Keuletan, itu kuncinya dalam menulis skripsi disamping semangat, antusias dan kepercayaan tinggi akan kesuksesan.
Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Aku harus terus belajar, setiap hari membaca, banyak diskusi dengan dosen maupun rekan mahasiswa. Pokoknya waktu sangat berharga bagiku. Apapun instruksi dari kedua dosen pembimbingku yang sangat bermanfaatkan akan aku laksanakan. Pencarian sumber untuk skripsi secara besar-besaran aku mulai dari sekarang. Doakan aku ayah, ibu, nyo2, dan kawan-kawan semua.. (to be continued)
Boleh mnta no hapenya mas mau bertanya mengenai judul anda yang pertama...
BalasHapus